Kepemimpinan, Ide dan Eksekusi


Pict source: Miguel Á. Padriñán


Ide biasa yang dieksekusi jauh lebih berarti daripada ide brilian yang hanya hidup di kepala.

Itu yang saya amati dari pengalaman sejauh ini. Kepemimpinan yang berdampak bukan sekadar ditentukan oleh seberapa cemerlang ide yang muncul, melainkan seberapa konsisten ide itu dijalankan. Ide tanpa eksekusi hanyalah imajinasi. Sebaliknya, eksekusi tanpa ide hanyalah kesibukan tanpa arah.

Ketika membicarakan ide, banyak orang yang begitu bersemangat menyampaikannya. Kita cukup terbiasa menghasilkan ide. Diskusi ide bahkan bisa berlarut-larut. Ide bisa muncul di mana saja: di jalan, saat rapat, di meja makan, bahkan ketika kita sedang iseng. Namun begitu masuk ke tahap eksekusi, di situlah banyak orang mulai mundur. Ide pun akhirnya menguap begitu saja.

Saat awal karier, saya giat mengidentifikasi masalah lalu gencar mengemukakan ide. Ide untuk memperbaiki sesuatu. Ide untuk menyelesaikan masalah. Ide bisnis yang menurut saya mantap. Saya cukup ngotot dan dengan bangga mempresentasikannya ke banyak pihak. Namun belakangan saya sadari, itu tidak cukup. Kerja unggul yang diharapkan itu sampai pada dampak nyata. Perlu keberanian untuk mulai mengeksekusi, satu per satu. Entah hasilnya gagal, meleset dari perkiraan, atau kurang tepat sasaran. Di situlah “seni”-nya. Tidak semua hal berjalan sesuai rencana.

Ide, selama masih di kepala, memang terasa indah dan bombastis. Kita bisa membayangkan betapa gemilangnya ide itu. Sering kali kita sudah merasa cukup bangga sampai di situ. Namun kenyataannya, perjalanan dari sebuah ide hingga menjadi nyata sangatlah panjang. Ada komitmen, kerja keras, penolakan, revisi, bahkan risiko kegagalan. Ada pula proses kolaborasi dengan orang lain yang tidak selalu sejalan.

Ide, ketika disampaikan ke orang lain, ia mulai bertumbuh. Dari ide pribadi menjadi ide bersama. Ia terbentur, terbentur, lalu terbentuk. Menjadi lebih solid. Lalu upaya eksekusi digulirkan secara bersama-sama hingga perlahan bermetamorfosa menjadi sebuah dampak nyata.

Maka, tidak ada ide yang bisa terwujud sendirian.

Di situlah kepemimpinan benar-benar diuji. Apakah kita hanya puas menjadi “pemilik ide” atau berani mengambil langkah untuk mengeksekusinya? Apakah kita mau dan mampu untuk melibatkan tim, memberi ruang pada masukan, dan menghargai setiap upaya meski hasil akhirnya belum sempurna?

Banyak bacaan yang mengatakan kira-kira seperti ini dan saya percaya:
Dunia tidak berubah karena ide-ide besar. Dunia berubah karena ide-ide besar yang dijalankan.

Eksekusi memang penuh risiko, tetapi justru di situlah letak nilai tambahnya. Pemimpin yang berani mengeksekusi bukan hanya mengubah ide menjadi kenyataan, tetapi juga membangun budaya kerja yang mendorong orang lain untuk berani mencoba, berani gagal, dan berani belajar. Eksekusi bukan hanya soal hasil akhir, melainkan juga soal proses yang menumbuhkan orang-orang di dalamnya.

Dan di titik itulah keunggulan seorang pemimpin tidak diukur dari seberapa banyak ide yang dimiliki, tetapi dari kemauan, keberanian, kerendahan hati, dan ketekunan untuk menjadikannya nyata bersama orang lain.

Made Bhela Sanji Buana

Artikel #2 dalam #MenjadiPemimpin. Ditulis pada September 4, 2025.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis #MenjadiPemimpin

Menulis Lagi

Kepemimpinan, Peristiwa dan Respons