Begitu malangnya nasib blog ini. Hanya diposting tulisan setahun sekali oleh pemiliknya. Itupun hanya sebuah Catatan Akhir Tahun.
Hanya sekedar catatan pribadi sebagai pengingat kisah klasik di masa depan.
Yang telah rutin ditulis sejak menutup tahun 2014 yang lalu, seperti pada link berikut:
- Catatan Akhir Tahun 2014
- Catatan Akhir Tahun 2015
- Catatan Akhir Tahun 2016
- Catatan Akhir Tahun 2017
- Catatan Akhir Tahun 2018
- Catatan Akhir Tahun 2019
Dan sekarang tibalah saatnya untuk Catatan Akhir Tahun 2020!
Work From Home (WFH)
Tahun 2020 ini sedemikian aneh. Sebuah masa yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Seluruh dunia dihadapkan oleh wabah virus bernama Covid-19 yang berdampak nyaris pada semua aspek di kehidupan. Tahun yang menegangkan dan dipenuhi kebiasaan baru yang sulit terpikirkan sebelumnya.
Tidak banyak hal yang bisa dilakukan di tahun 2020. Sejak pertengahan Maret 2020, semua orang menjadi #dirumahaja. Interaksi sosial dibatasi. Rencana yang telah tersusun rapi mendadak dipaksa banting stir putar haluan. Apapun kegiatan yang melibatkan banyak orang adalah hal yang terlarang di tahun ini. Sungguh kondisi yang sangat aneh, tapi nyata terjadi di tahun ini.
Perubahan era serba digital yang sudah berlangsung beberapa tahun belakangan, diakselerasi akibat Pandemi Covid-19 ini. Semua dipaksa online. Bekerja dari rumah bukan lagi hanya sekedar wacana namun sebuah keniscayaan. Istilah Work from Home (WFH) di tahun ini bukan lagi istilah yang aneh dan utopis. Tapi jadi sebuah kenyataan. Semua orang harus bekerja dari rumah.
Hal tersebut kemudian disusul dengan seribu ragam permasalahan. Terutama saudara yang bekerja di sektor informal maupun pelaku bidang industri yang mengandalkan kerumunan. Industri pariwisata salah satunya yang tertohok keras. Sebagian bahkan terkena PHK. Sungguh kondisi yang memprihatinkan.
Rangkaian rencana pribadi untuk menonton konser musik juga musnah di tahun ini. Begitu menyebalkan. Sebenarnya tiket beberapa konser tahun ini sudah di tangan, tapi apa daya akhirnya pupus semuanya. Terpaksa nonton konser online streaming yang, ya ampun, tidak terlalu memuaskan. Tapi memang tidak ada pilihan. Sejak Maret 2020 konser dilarang. Tidak boleh berkerumun. Secara praktis, konser Java Jazz di akhir Februari 2020 lah yang menjadi konser terakhir yang saya hadiri di tahun ini. Masih terhitung beruntung. Entah kapan lagi bisa nonton konser.
Namun diantara begitu banyak hal negatif akibat Pandemi ini, tentu kita harus tetap mampu menjalani hari dengan optimis. Salah satu hal positif dari kondisi seperti ini: akhirnya saya bisa menyelesaikan Tesis yang sudah sejak setahun belakangan menghantui. Ternyata Pandemi dan WFH memaksa kita untuk melakukan hal-hal yang selama ini tertunda.
Dengan terpaksa mengurung diri #dirumahaja, saya menjadi jauh lebih fokus. Jauh lebih produktif. Aktivitas jadi cenderung teratur. Menyapu, mengepel, merapikan kamar bahkan sampai jadi rutin berolahraga. Sepertinya, WFH akan tetap menjadi rutinitas di tahun-tahun depan. Mungkin akan tetap seperti itu bahkan bila Pandemi sudah dinyatakan berakhir.
Tesis yang Gemilang
Nah kembali ke cerita tentang Tesis saya tadi, dengan berucap syukur akhirnya bisa saya selesaikan dengan gemilang di tahun ini.
Sejak Maret 2020 progress penyusunan Tesis mendadak meningkat tajam. Mendadak jadi bergairah untuk menulis. Padahal sebelumnya stagnan berbulan-bulan. Itu karena akhirnya bisa lebih fokus di masa karantina akibat Pandemi ini. Padahal sebelumnya dikritik habis oleh dosen pembimbing yang bilang bahwa bacaan referensi buku atau jurnal ilmiah masih kurang banyak dan alur penelitian Tesis masih belum jelas dan cenderung kacau.
April 2020 terlihat benang merah penelitiannya. Saya akhirnya tau betul apa yang ingin saya tulis. Proses bimbingan Tesis tentu saja online. Semua berjalan lancar hingga bulan Juni daftar sidang dan 16 Juli 2020 dinyatakan lulus dengan nilai yang sempurna. Akhirnya perjuangan akademik ini menemukan muaranya.
Akhirnya Lulus MBA juga
Hakekat pendidikan adalah tentang keterbukaan pikiran dan kerendahan hati. Setidaknya begitu yang saya pahami sampai saat ini. Maka hal itu sangat penting sebagai bekal untuk menjalani tantangan hidup di dunia yang rumit.
Kesempatan mengenyam pendidikan tinggi di kampus terbaik negeri ini tentu sebuah kemewahan. Saya sangat bersyukur akan hal itu. Setelah lulus S1 dari UGM tahun 2013, akhirnya 2017 mendapat kesempatan lagi di kampus yang sama untuk melanjutkan pendidikan S2.
Hanya dengan bermodal nekat. Benar-benar nekat. Saya memutuskan kuliah dengan biaya yang tidak murah. Merogoh kocek yang sangat dalam. Bisa dibilang ini merupakan keputusan investasi pertama yang saya lakukan. Dalam arti kata, dengan tabungan penghasilan sendiri sejak mulai bekerja tahun 2014. Saya berinvestasi pertama di pendidikan.
Cukup terharu ketika mengabarkan ke orang tua dan keluarga di rumah bahwa 21 Oktober 2020 akhirnya saya wisuda lagi dan resmi bergelar tambahan MBA: Master of Business Administration. Saya yakin mereka bahagia bahwa anak bungsunya ini mampu menembus pendidikan tinggi S2 dengan perjuangannya sendiri. Hal yang saya tahu sudah menjadi impian mereka. Semoga selalu bisa membanggakan orang tua dan keluarga.
Sebuah perjalanan yang bagi saya sangat berkesan. Pengorbanan waktu dan finansial yang tidak mudah. Sebuah ikhtiar untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Menjadi bekal untuk saat ini dan di masa yang akan datang. Astungkara. Sangat bersyukur sampai pada titik ini. Semoga selalu diberikan kesempatan untuk terus belajar dan bermanfaat bagi banyak orang.
Sudah terbayang dari jauh hari akan wisuda di Gedung GSP UGM yang membanggakan itu. Mengulang seperti yang sudah terjadi di tahun 2013 saat wisuda S1 dulu. Memanjatkan hymne Gadjah Mada yang sungguh heroik itu. Berfoto dengan orang tua dan orang tersayang. Namun seketika pupus, menerima kenyataan bahwa wisuda mau tidak mau harus dilaksanakan secara online. Jujur tidak mudah menerima ini. Tapi tahun 2020 ini memang unik. Tidak ada pilihan lain selain terpaksa mengikuti wisuda dengan berdiam diri di depan laptop tanpa toga.
Berbagi Cerita Jarak Jauh
Kebiasaan baru lainnya di tahun ini adalah Webinar. Ini juga pengalaman baru yang unik di tahun ini. Begitu banyak forum yang mampu mengumpulkan ratusan bahkan ribuan peserta dalam satu waktu hanya dengan sekali klik link Zoom. Hal yang tentu saja tidak mudah dilakukan sebelumnya pada kondisi biasa.
Saat ini kita bisa berkumpul dengan mudah dalam satu waktu dan satu ruang virtual. Mungkin bahkan akan terus berlangsung seperti ini walau Pandemi suatu saat dinyatakan berakhir. Karena memang terbukti jauh lebih efektif dan efisien, nyaris dari segala aspek apapun.
Pengalaman baru sebagai narasumber dalam webinar ternyata seru juga. Di tahun ini cerita mengenai dunia karir dan BUMN. Selalu merasa senang dan bersemangat untuk berbagi cerita. Saya bersyukur atas kesempatan ini. Berbagi selalu memberikan kesan tersendiri. Bahagia rasanya ketika mendapat satu dua orang teman baru yang tertarik dan mungkin terinspirasi dari cerita kita.
Jamming Jarak Jauh
Banyak alasan untuk bahagia. Salah satunya musik.
Itulah mengapa saya selalu upayakan untuk dapat main musik. Setiap catatan akhir tahun yang saya tulis di blog ini selalu ada cerita tentang aktivitas bermusik. Tahun ini ternyata jammingnya jarak jauh. Berikut videonya. Dengan tambahan fitur rambut gondrong saya akibat kelamaan karantina.
Di Instagram bisa ditelusuri dengan hashtag #SekantorSemusik. Pokoknya urusan kantor lancar, musik jalan terus.
Belajar dan Tumbuh Bersama
Yayi. Nama ini ada sejak 2017.
Sosok wanita satu inilah yang menemani setiap langkah perjalanan ini. Kami belajar dan tumbuh bersama. Menjadi teman diskusi yang paling baik.
Yang jelas tahun 2020 ini telah mengajari banyak hal tentang hubungan kami. Semakin tau kebutuhan masing-masing. Saling mengetahui cara membahagiakan satu sama lain. Belajar mengambil keputusan bersama. Saling merawat dan menjaga. Saling berbenah diri. Singkat kata, saling bertumbuh.
Yayi. Tapi sebenarnya nama ini telah ada sejak pertengahan 2010. Di Jogja pada waktu itu. Adik angkatan di kampus. Masih dalam perjuangan dan prosesnya sendiri sendiri. Hingga semesta bergerak sedemikian rupa dan kami tenggelam dalam dunianya masing-masing.
Lalu menjelang akhir 2017 mendadak namanya datang lagi. Semesta mempertemukan kami. Kali ini untuk berjalan bersama beriringan. Hingga tahun ini kami menyatu. Sampai saat ini, sampai tua nanti dan selamanya.
*
Tahun 2020 ini penuh dengan refleksi diri. Keterbatasan aktivitas akibat Pandemi ini memberi banyak waktu untuk berdialog dengan diri sendiri. Menyadari diri lebih dalam. Sadar akan nilai dan perjuangan. Tau apa yang penting. Tau apa yang harus diperjuangkan.
Begitu banyak inspirasi, begitu banyak pelajaran. Tahun 2021 harus dihadapi dengan lebih bijaksana. Bersiap untuk banyak hal-hal baik yang datang. Om Awighnam Astu Namo Siddam.
MBSB
Kemayoran, Jakarta Pusat. 22/01/2021
No comments:
Post a Comment