Saturday, December 29, 2018

Catatan Akhir Tahun 2018

Menjelang penutupan tahun 2018, seperti biasa saatnya menulis mengenai kisah dan kesan yang hadir setahun belakangan. Sedikit menengok ke belakang di tahun 2018, untuk bersiap menghadapi tahun baru 2019.

Inilah rangkuman perjalanan hidup 2018 yang menjadi bahan renungan dan kontemplasi di kala sepi. Kaleidoskop pribadi yang menjadi pengingat sekaligus pelajaran. Catatan Akhir Tahun 2018.

Perjalanan hidup di Tahun 2018 ini sangat menyenangkan dan penuh kejutan. Banyak pengalaman baru yang belum pernah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Jadwal padat merayap hari ke hari. Tantangan demi tantangan berhasil dihadapi dengan baik. Puji Syukur selalu diberikan kesehatan untuk menjalani semua aktivitas.

Berikut adalah rangkuman kisah yang telah terjadi di tahun 2018. Diceritakan tidak secara kronologis.


Membangun Infrastruktur untuk Negeri
Berkarya di perusahaan BUMN merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Terlebih lagi, terlibat dalam misi besar perusahaan dalam membangun infrastruktur untuk negeri. Kerja keras siang malam, berpacu dengan waktu, semua dilakukan agar infrastruktur segera terbangun, hingga kemudian dapat dimanfaatkan banyak orang.




View this post on Instagram

Pengalaman pertama terlibat langsung dalam Konsultasi dan Sosialisasi Publik. Acara ini dilakukan untuk Penyusunan AMDAL Rencana Pembangunan Jalan Tol Ruas Tebing Tinggi - Parapat. Berlokasi di 2 tempat, Pematang Siantar dan Tebing Tinggi. . Seru banget mendengar tanggapan dari beberapa tokoh masyarakat, LSM, Kepala Desa, Camat dan instansi lainnya terhadap rencana pembangunan Jalan Tol. Persepsi mereka unik-unik. Dari yang ragu, skeptis, pesimis hingga banyak banget yang antusias dengan proyek ini. Banyak yang tidak sabar agar proyek Jalan Tol ini segera rampung dan dapat beroperasi, sehingga bisa memudahkan akses antar wilayah di Sumatera Utara. . Mimpi besarnya, bisa memacu pertumbuhan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan. Semua demi kepentingan bersama. Walau selama masa konstruksi, masyarakat pasti akan terganggu dengan bisingnya aktivitas proyek, lingkungan jadi kotor, debu, konflik sosial dan gangguan lainnya. . Demi mimpi besar bersama, sedikit pengorbanan tentu tidak apa-apa. Mari membangun negeri bersama-sama! #PTHAMAWAS #TolKualaTebingParapat
A post shared by Made Bhela Sanji Buana (@madebhela) on



Saya terlibat dalam sebuah Tim yang bertugas untuk mengembangkan infrastruktur Jalan Tol Trans Sumatera, khususnya di Sumatera Utara. Sebuah tanggung jawab yang bukan hanya seru tapi menuntut saya untuk belajar banyak hal. Mulai dari hal-hal teknis perencanaan Jalan Tol, hingga kemampuan manajerial untuk mengelola tim dan mencari solusi penyelesaian masalah. Semua tetek bengek urusan menjadi seorang Manajer Teknik dalam pekerjaan pembangunan Jalan Tol ini saya lakoni di tahun ini. Banyak kendala tentunya dan begitu banyak lagi yang harus saya pelajari. Bersyukur dapat berjalan lancar.





View this post on Instagram

Unsur Hutama Karya, Jasa Marga dan Waskita Toll Road berkolaborasi menjadi satu tim bernama Hutama Marga Waskita (HMW), yaitu Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang bertugas mengembangkan Jalan Tol Ruas Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat sepanjang 143,5 Km di Sumatera Utara. Harapannya, Jalan Tol yang menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) ini sudah bisa dinikmati masyarakat pada tahun 2020 nanti. . Kehadiran Jalan Tol yang menjadi bagian dari pengembangan Jalan Tol Trans Sumatera ini akan memperkuat konektivitas antar daerah dan tentunya memangkas waktu tempuh. Misalnya, dari Kota Medan ke Danau Toba pada kondisi saat ini memerlukan waktu 5 jam, nantinya cuma 2-3 jam via Jalan Tol. Efektif dan efisien, bukan? . Mimpi besarnya adalah mengakselerasi pembangunan dan meningkatkan gairah perekonomian di Sumatera Utara sehingga bermanfaat sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat. . Foto: acara pisah-sambut Direktur Keuangan dari unsur Jasa Marga. #PTHAMAWAS #TolKualaTebingParapat
A post shared by Made Bhela Sanji Buana (@madebhela) on


Setelah berbulan-bulan disibukkan dengan penyiapan dokumen perencanaan dan pengadaan lahan, akhirnya di tahun ini pada bulan Oktober, pekerjaan konstruksi Jalan Tol dimulai. 

Betapa senangnya dapat kesempatan untuk mengawal tahapan demi tahapan pembangunan Jalan Tol, dari nol belum ada apa-apa, penyiapan dokumen perencanaan, pengurusan AMDAL, pembebasan lahan, koordinasi antar instansi sana sini hingga harapannya pada tahun 2020 bisa beroperasi dan bermanfaat bagi banyak orang untuk memajukan daerah.

Beruntung sekaligus bangga rasanya dapat terlibat langsung dalam sejarah pembangunan infrastruktur di negeri tercinta ini. Membangun infrastuktur, membangun harapan.






Bermusik lagi
Sudah lama banget tidak ngeband dan merasakan panggung musik, mungkin sudah 5 tahun terakhir. Maklum, aktivitas kantor telah menyita banyak waktu dan perhatian yang nyaris tidak menyisakan sedikitpun waktu untuk merasakan hingar bingar bermusik. 

Bisa dibilang, hasrat ingin bermusik sudah berada di puncak-puncaknya. Bila dibiarkan berlama-lama tidak disalurkan, khawatir akan mengganggu kestabilan emosi dan keseimbangan jiwa ini.

Namun kemudian di bulan April kesempatan itu datang. Saya dan kawan segerombolan anak band amatiran kantoran ditugaskan resmi oleh perusahaan untuk mewakili di pentas Porseni BUMN. Ini adalah kontestasi olahraga dan seni terbesar antar perusahaan BUMN. Kami menjajal panggung festival musik BUMN itu dengan penampilan cukup memuaskan walaupun nihil juara. Tentu tidak masalah. Yang penting dapat menyalurkan hobi bermusik. Cukup untuk mengobati dahaga bermusik dan haus panggung.




View this post on Instagram

Sejak SMP saya ketagihan ikut festival band semacam ini. Sesekali menang, tentu lebih sering tidak. Terakhir band-band-an begini ya pas jaman kuliah di Jogja dulu. Itu sudah lama sekali. Pas sudah di dunia kerja, kangen sekali rasanya pengen naik panggung lagi. . Dan kemarin (26/4) kesempatan itu ternyata datang lagi. Pentas di panggung festival band #PorseniBUMN2018 bersama teman-teman kantor sebagai kontingen @hutamakarya. Bagi kita, menang-kalah bukan lagi urusan. Bersenang-senang adalah tujuan utamanya. . Persiapan yang serba mendadak di tengah hiruk pikuk pekerjaan kantor tentu bukan hal yang sederhana. Jadwal latihan diatur sedemikian rupa disela-sela riweuh kantor yang seringkali bikin gak asik. . Yang jelas, kita pegang teguh prinsip: urusan kantor lancar, musik jalan terus. . Terima kasih teman-teman semusik sepenanggungan. Terima kasih @hutamakarya atas kesempatannya untuk berlaga disini. Terima kasih @kementerianbumn @forumhumasbumn untuk acaranya yang super keren. . . #SinergiPrestasiBakti #TeamHutamaKarya Photo by @kevinvins13
A post shared by Made Bhela Sanji Buana (@madebhela) on

Kemudian pada bulan Agustus, tawaran ngeband datang dari panitia acara Reunian Jurusan Arsitektur dan Perencanaan UGM dan berlanjut di bulan September diajak untuk mengisi acara Reuni Akbar KAGAMA (Keluarga Alumni Gadjah Mada) seluruh Angkatan yang diselenggarakan di Jakarta.

Seperti mesin waktu, ingatan terlempar kembali ke beberapa tahun lalu bermusik bersama di saat masih menjadi mahasiswa di Jogja. Senang sekali, bermusik dan bersilaturahmi dengan teman-teman kampus. Alhasil, lagu yang dimainkan adalah lagu nostalgia untuk mengenang masa-masa kejayaan di kampus dahulu.








Berdendang #SekantorSemusik
Seperti biasa, di sela-sela jam kantor menyempatkan untuk genjreng-genjreng barang selagu dua lagu. Direkam pake handphone lalu diupload ke Instagram menggunakan hashtag #SekantorSemusik di akun madebhela.

#SekantorSemusik adalah ekspresi bermusik yang tak tertahankan dari penghibur sejati dan musisi amatiran yang kebetulan sama-sama lagi terjebak di kantor yang sama. Prinsip kita adalah urusan kantor lancar, musik jalan terus.








Menjadi Duta BUMN
Ada kejutan pada bulan Mei di tahun ini. Entah mimpi apa saya, tiba-tiba ditunjuk mewakili perusahaan untuk menjadi seorang Duta. Sungguh sebuah pengalaman yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Canggung sudah pasti. Perasaan ragu menghantui hingga bikin tidur tak nyenyak. Lha piye, ndak ada bayangan sama sekali. Nihil pengalaman. Sebelumnya mana pernah mikirin acara kontes 'kecantikan' Putra-Putri semacam ini. Waktu persiapannya dilakukan sangat mepet, belum lagi tanggung jawab tugas kantoran yang tak bisa ditinggalkan.

Ini kesempatan langka. Tantangan baru. Tentunya sayang untuk disia-siakan begitu saja. Kesempatan yang baik untuk mengasah dan mengembangkan diri, pikir saya waktu itu. Menjalani karantina bersama Duta dari seluruh BUMN. Belajar banyak hal mengenai public speaking, personal branding dan materi lainnya perihal pengembangan diri. 

Setiap gerak-gerik diberi penilaian. Tata bicara dan langkah diatur sedemikian rupa. Apapun dilakukan untuk memantaskan diri menjadi seorang Duta. Terus terang, ini merupakan sebuah kondisi yang tidak nyaman bagi saya. Sangat tidak nyaman. Tapi disisi lain, saya sadar bahwa proses pembelajaran justru seringkali efektif dalam kondisi yang tidak nyaman.

Dan ternyata benar, setelah perlahan mengikuti ritmenya, tak begitu lama bagi saya untuk menyesuaikan diri. Saya tampilkan yang terbaik. Yang jelas, menjadi wakil perusahaan, merepresentasikan nilai perusahaan, membawa nama besarnya di pentas nasional antar BUMN adalah sebuah pengalaman yang membanggakan sekaligus tanggung jawab yang tidak mudah.

Seru sekali bisa berdiskusi dengan para Duta dari seluruh penjuru BUMN. Senang menjadi bagian dari semangat positif untuk kemajuan BUMN, tentunya kontribusi untuk kemajuan negeri.

Ini tentu hanya awal. Yang saya yakini, kesempatan ini akan membuka pintu untuk kesempatan-kesempatan yang lain. Dan tentunya, kolaborasi dan sinergi antar BUMN yang akan semakin seru di masa depan.




View this post on Instagram

A post shared by Made Bhela Sanji Buana (@madebhela) on






Tugas Kenegaraan di ICW Annual Meeting, Jogja 
Masih berkaitan dengan tugas menjadi Duta seperti yang diceritakan diatas, kemudian pada bulan September saya mendapatkan tugas kenegaraan untuk mendampingi delegasi asing yang sedang mengikuti acara pertemuan International Council of Women (ICW) di Jogja.

Saya bertugas mendampingi salah satu delegasi untuk berwisata di Desa Kebonsari, Magelang, mengunjungi anak-anak SD, mengelilingi Candi Borobudur dan memperkenalkan keunikan seni budaya yang dimiliki negeri tercinta ini. Pengalaman yang menantang dan menyenangkan bisa terlibat langsung di event internasional semacam ini.





View this post on Instagram

A post shared by Made Bhela Sanji Buana (@madebhela) on


Tugas Kenegaraan di IMF-World Bank Annual Meeting, Nusa Dua Bali
Pada bulan Oktober selama hampir 2 minggu, saya meninggalkan tugas kantoran sejenak untuk bertugas di acara IMF-World Bank Annual Meeting, Nusa Dua Bali untuk menjadi perwakilan BUMN dalam mempresentasikan perkembangan ekonomi dan infrastruktur kepada delegasi yang hadir. Beruntung bisa terlibat langsung di mega-event ini yang tentunya tidak akan terulang lagi di Indonesia untuk waktu yang dekat. Sungguh pengalaman yang mengesankan. Terutama dapat berkolaborasi dan berdiskusi dengan perwakilan pemuda BUMN dari seluruh negeri.







Mahasiswa Pasca Sarjana
Tak bisa dipungkiri, menjalani hari-hari menjadi seorang mahasiswa di tengah tanggung jawab sebagai karyawan kantoran yang padat merupakan pengalaman yang melelahkan. Bagaimana tidak, sering dalam waktu yang bersamaan semuanya menuntut perhatian ekstra. Deadline kantor dan tugas kuliah silih berganti terngiang di otak. Bahkan sampai terbawa mimpi.

Tapi mungkin itulah salah satu pelajarannya. Saya dipaksa untuk mengelola waktu dengan baik. Tidak ada waktu yang tidak berguna. Waktu untuk berkarya, belajar, bermain, istirahat harus dikelola dengan ketat. Bukan waktunya untuk berleha-leha. Semua harus dilakukan untuk meraih hari-hari yang produktif.







Kuliah di Jogja Lagi
Di awal bulan September, kembali lagi saya merasakan kuliah di Jogja dan di kampus UGM. Momen ini merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri. Sebegitu kangennya dengan kota dan kampus ini.




View this post on Instagram

A post shared by Made Bhela Sanji Buana (@madebhela) on


View this post on Instagram

A post shared by Made Bhela Sanji Buana (@madebhela) on


Menang di Ningbo International Micro-film Festival (NIMF 2018), Shanghai China
Ini kejutan yang datang di Bulan November. Film “Indonesia Masih Subuh” yang dibuat secara bergotong royong super amatiran di tahun 2013 oleh sekumpulan anak kos di Jogja ternyata mendapatkan penghargaan menjadi yang terbaik di Ningbo International Micro-film Festival 2018.

Tidak pernah menyangka sedikitpun. Kejutan ini memberikan pelajaran bahwa sebuah karya apapun itu suatu saat akan menemui penikmatnya cepat atau lambat. Terharu sekaligus bangga.



View this post on Instagram

#IndonesiaMasihSubuh🇮🇩 (bagian 1/6) . Kabar gembira dan mengejutkan datang dari China. Film Pendek "Indonesia Masih Subuh" memenangkan penghargaan di NIMF 2018 (Ningbo International Micro-film Festival). . Film ini digarap pada pertengahan tahun 2013. Oleh para mahasiswa tingkat akhir di Jogja yang pada saat itu sedang mumet bikin skripsi dan thesis. Mereka adalah: . @fauzanhasbi - Produser dan Penulis @lanangsumarjana - Sutradara @madebhela - Asisten Sutradara @danazulfikar - Art Director Agus Setiawan - Cameraman . Tim produksi film iseng-iseng ini kami beri nama GagukGaguk Production. . Film ini dibuat dengan kamera pinjaman. Dengan segala minimnya pengetahuan sinematografi. Dengan peralatan ala kadarnya. Pokoknya, dengan sangat amat amatiran. . Tak pernah menyangka sedikitpun, film ini bisa ditonton banyak orang hingga dapat apresiasi yang bukan main. . Silahkan search "Film Pendek - Indonesia Masih Subuh" atau channel "GagukGaguk" di Youtube untuk menonton. Disana ada juga beberapa film amatiran lain yang pernah kami produksi.
A post shared by Made Bhela Sanji Buana (@madebhela) on



View this post on Instagram

A post shared by Made Bhela Sanji Buana (@madebhela) on


Berkelana di Pulau
Ditengah aktivitas padat merayap hari ke hari, bersyukur mendapatkan kesempatan untuk berkelana. Bulan April sempat menengok keindahan dan bermain air di Pulau Pahawang dan sekitarnya (Lampung). Lalu di bulan Juni berkunjung ke Pulau Labengki (Sulawesi Tenggara) dan Pulau Sombori (Sulawesi Tengah). Melepas penat, mendamaikan hati dan menyejukkan jiwa.






View this post on Instagram

A post shared by Made Bhela Sanji Buana (@madebhela) on




Yayi
Menjalani hari-hari yang penuh tantangan tentu tidak selalu mulus. Kadang dijalani dengan penuh semangat, namun tak jarang juga dihadapkan pada kebimbangan dan keraguan. Seringkali sumringah, sesekali menggerutu. Begitu banyak hal yang perlu didiskusikan agar tak meracau sendiri di kepala. Agar tetap jernih dan tenang. Agar tetap yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Adapun terkait hal tersebut, untungnya selalu ada Yayi disamping memegang erat tangan dan memeluk hangat. Nona manis inilah yang melengkapi hari-hari dengan menebar senyum dan kebahagiaan setiap harinya. Dialah teman diskusi favorit dan partner untuk segala hal. Segala hal. Semuanya.

Tentang cinta terkadang susah diceritakan. Berikutnya ijinkan saya pamer foto yang mungkin dapat bercerita lebih banyak.

Seperti yang tertulis di catatan akhir tahun lalu, tahun ini benar-benar milik kita. 
Dan tentunya juga tahun-tahun berikutnya. 




View this post on Instagram

A post shared by Made Bhela Sanji Buana (@madebhela) on



View this post on Instagram

A post shared by Made Bhela Sanji Buana (@madebhela) on





Begitulah rangkuman kisah di tahun 2018. Banyak kejutan. Banyak tantangan. Pelajaran baru.

Apapun yang sudah terjadi, yang pasti bersyukur diberikan kesempatan untuk terus belajar. Terima kasih untuk kesannya 2018, bersiap untuk merengkuh mimpi menjulang tinggi di 2019.

Om Awighnam Astu Namo Siddam.
Semoga pikiran baik datang dari segala penjuru.



30 Desember 2018
Made Bhela SB.