Thursday, July 18, 2013

Akhirnya Puasa Juga

Sebetulnya saya jengah melihat berita di beberapa media mengenai penggerebekan 'brutal' di beberapa tempat terhadap warung makan yang buka pada siang hari di bulan puasa. Sejatinya saya penasaran, ada apa dengan warung makan, ada apa dengan umat yang sedang beribadah puasa. Di bulan yang penuh berkah ini tentu hal-hal berbau kekerasan nan brutal tidak apik untuk dipertunjukkan. Bahkan harusnya setiap hari. Tapi kalo pesimis, setidaknya minimal pada bulan ini saja lah. Pedagang makanan kan juga berhak melanjutkan hidupnya dengan berdagang, mengumpulkan pundi-pundi untuk memenuhi kebutuhannya, bahkan mencari rejeki untuk kebutuhan di hari raya. Dan lagi, kok saya pikir mustahil ya, orang yang khusuk berpuasa yang notabene sudah terbiasa beribadah puasa dari tahun ke tahun masih terganggu (tidak tahan nafsu makan) dengan sekedar hidangan warung makan atau pemandangan orang yang makan dengan lahap di depannya. Sesederhana gobloknya saya berpikir, berdagang ya berdagang, beribadah ya beribadah,  berpuasa ya berpuasa. Bukan acak-acak warung makan orang.


Begitu seterusnya yang kemudian bila cerita ini dipercepat akan menghasilkan kalimat tanya :




Gimana sih rasanya puasa?



Demi menjunjung tinggi toleransi, dan sekaligus menjawab rasa penasaran saya yang ditakutkan tidak berujung. Saya memutuskan untuk ikut berpuasa. Tidak karena ibadah, bukan karena kesehatan. Saya berpuasa cuma semata-mata ingin merasakan menjadi orang yang berpuasa. Mungkin salah satu cara saya untuk menemukan cara bertoleransi yang benar. Biarpun hanya satu hari saja, saya hanya ingin merasakan atmosfer bulan penuh berkah ini dan menguji nyali ketahanan nafsu makan saya (yang belakangan sulit sekali dikontrol). Perut membuncit, makan-tidur-makan-tidur terus akibat pola mahasiswa stress skripsi.


Persis, dari sahur sampai waktu berbuka puasa. Pada hari kamis kemarin (17 Juli 2013) saya benar-benar berpuasa. Disaat anak-anak kos rame-rame turun jalan untuk mencari sahur, saya ikut makan di warung padang kesayangan. Dengan porsi yang sedikit agak lebih banyak dari biasanya. Dan tidak lupa, teh anget. Ini saran dari sahabat. Bahwa kalo sahur itu mestinya minum teh anget biar puasa seharian kuat. Terus saya bertanya perihal jam berapa batas makan terakhir pada saat sahur. Saya ikuti. Teng teng kemudian imsak berbunyi. Waktu minum dan makan berhenti.

Monday, July 15, 2013

Masturbasi

Bagi sebagian orang, membaca sifat orang mengasyikan. Berbincang-bincang mengenai seseorang selalu seru. Seringkali mengenai sifat kekurangan seseorang. Ah, tak baik berbagi kekurangan. Sebaik-baiknya mending berbincang-bincang yang baik-baik saja. Tapi kalo yang baik terus, kita jadi ga belajar ya.


Tapi berbincang mengenai sifat personal sendiri tentu selalu mengasyikkan. Entah, baik buruk. Segalanya pasti seru. Sama seperti berdialog dengan diri sendiri, menampar diri sendiri, mencaci maki diri sendiri, memuji sendiri bahkan menyayangi diri sendiri. Iya, seperti masturbasi.

Thursday, July 4, 2013

Lika Liku Judul Skripsi

Sejak mulai pengajuan judul skripsi pada semester 6 sampe sekarang, saya ganti judul 3 kali.



Bukan apa-apa ditolak atau gimana, tapi karena saya sendiri yang tidak sreg. Banyak faktor yang menyebabkan ke-tidak-sreg-an saya, mulai dari kebingungan saya mencari lokasi studi, kebingungan mengangkat fokus penelitian dan banyak kebingungan-kebingungan yang setiap hari mengganggu tidur saya. Selain itu, dosen pembimbing saya pada saat itu tidak sesuai dengan harapan saya. Maksudnya, bukan karena dosen saya tidak kompeten, bukan, tapi karena kembali lagi ke masalah sreg-sregan. Saya merasa judul penelitian saya agak sedikit "nyaplir" dari interest studi dari dosen tersebut. Nah, itulah saya jadi tidak sreg. Oh iya, selain itu juga ada perasaan yang mengganjal juga, dosen pembimbing saya waktu itu berencana ingin melakukan cuti pada bulan Mei. Maka dari itu, mahasiswa bimbingannya disarankan menyelesaikan skripsi sebelum Mei. Begitu. Saya pikir ini bakalan terlalu buru-buru. Saya tidak ingin lulus Mei. Terlalu cepat. Karena pada dasarnya saya sangat menikmati proses mengerjakan skripsi. Saya ingin mengerjakan skripsi secara asik. Santai tapi pasti.

Wednesday, July 3, 2013

Ada Cinta di 22 tahun

Kali ini, saya ingin sedikit berbagi kebahagian yang saya terima sebagai hadiah di ulang tahun 22 tahun. Kan orang bijak pernah berkata bahwasanya kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang dibagi. Daripada menebar kesedihan, tentu lebih baik menebar kebahagiaan. Kan gitu.


Di ulang tahun saya ke 22 tahun ini, ada sesuatu yang istimewa, ada cinta yang tidak dipungkiri mampu meneteskan satu dua tetes air mata. Sebuah kejutan yang disusun apik. Melibatkan orang-orang sekeliling saya. Bahkan sampai teman dekat dirumah dan keluarga.


Video berikut ini adalah video yang berisikan doa dan cinta dari teman-teman terdekat dan keluarga untuk ulang tahun saya ke-22 tahun. Jika berkenan, di play saja. Durasi 23 menitan. Penuh kebahagian. Karena sebaik-baiknya kabar adalah kabar yang membahagiakan. Untuk kualitas yang bagus bisa disetting ke 480p (ini pesan khusus dari editornya).




***


Saya mulai cerita saja. Kronologis singkat sampai akhirnya video itu diputar di layar movie box.


Malam itu tanggal 1 Juli 2013, Kenan, sahabat saya, seperti biasa mengajak untuk kumpul bareng anak-anak yang lain menonton film di movie box.

Tuesday, July 2, 2013

22 tahun!

Bayi yang terlahir di RS. Sanglah pada pagi hari di tanggal 2 Juli 1991 ini pertama kali diberi nama Made Bhela Sanji Ananta. Namun, keluarga besar menyarankan untuk mengganti nama belakang menjadi "Buana" untuk identitas keluarga besar yang wajib disematkan pada setiap generasi. Dan pada akhirnya, bayi bernama lengkap Made Bhela Sanji Buana secara resmi ikut meramaikan dunia beserta hiruk pikuknya. Hingga sekarang, bayi itu sudah 22 tahun. Tentu tidak pantas lagi untuk mengharapkan kado mobil-mobilan idaman dari orang tua.


***

[caption id="attachment_1144" align="aligncenter" width="430"]22 tahun! 22 tahun![/caption]

2 Juli 2013. 22 tahun sudah melakoni sebuah peran sandiwara di dunia yang disebut hidup. Lahir, merangkak, berdiri, berjalan, berlari, sampai berlari sekencang-kencangnya. Terjatuh, terluka, menangis, bahagia, tertawa, hingga belajar cinta. Semuanya terangkum indah dalam linimasa kehidupan yang tidak selalu bisa ditebak. Bahkan sejatinya tidak bisa ditebak sama sekali. Bukan begitu?


Terimakasih buat semua orang yang pernah bertemu. Baik menyangi, memuji, memberi nasehat, mencela, memfitnah, hingga mencaci maki. Semua merupakan serpihan-serpihan yang jika digabung akan membentuk sebuah lukisan manis yang diberi judul HIDUP.