Mulai dari mana?
Entahlah, ini memang sangat pelik, rumit dan penuh misteri. Persetan buat engkau yang membaca tulisan ini. Ini jelas-jelas tulisan yang ditulis bukan untuk kalian baca, tapi apa yang ingin aku tulis. Jadi daripada menyesal untuk kesekian kalinya, sebelum membuat tidur anda tidak nyenyak, sangat direkomendasikan untuk membaca tulisan saya yang lain, yang sekiranya lebih berguna dan beradab buat kalian. Mungkin terkesan bego dan sangat tidak ada jelas-jelasnya. Tanpa awal, tanpa akhir dan penggunaan tata bahasa yang (sengaja) rancu, dan semakin rancu merancau. Ego jiwa terbakar yang membuncah secara jumawa tanpa kontrol perundang-undangan tumpah meruah di tulisan ini. Yang jelas, ini tulisan ditulis (baca: diketik) di sebuah alam berbeda, sebuah dunia sempurna, sebuah semesta yang menyatukan, sebuah dimensi yang -hanya- ada aku dan kamu. Ya! KAMU…
Kisah ini terlalu indah, bahkan seorang berandalan bertattoo berpiercing punk perkasa pun dijamin akan meneteskan air mata, bukan cengeng bin menye-menye tapi hanya terlalu manusiawi.
Rasa ini sulit diungkapkan, kita mulai dari sebuah pertemuan jiwa, berbakar, berkasta, berkelas, berbelok-belok, penuh dialektika cinta dan intriks. Aku dan kamu bertemu begitu saja, tanpa disengaja, tidak mungkin merekayasa dan sangat boleh dipercaya bahwa ini adalah jalan Tuhan. Tapi pertanyaan kemudian, mengapa Tuhan memberi kisah ini tanpa memberikan solusi? Sebegitu jahat-kah Tuhan kepada aku dan kamu? Kenapa ini penting? Ya penting bagi kita (baca: aku dan kamu). Selama ini kita bisa berbuat apa saja bersenang hati dalam sebuah dimensi kecil, sebuah tempat dimana tulisan ini ditulis sepenuh jiwa plus sepenuh hati.
Oke, aku sayang kamu. Klasik, dan ternyata tidak bisa berhenti sampai disitu. Pertanggungjawaban kita untuk kata-kata itu membuat rindu dan sekarang bahkan menjadi candu. Adi Tresna Bli. Damn! Itu membuatnya semakin manis, menarik-narik, terikat, semakin kencang, hingga meningkatkan kadar glukosa, mabuk dan akhirnya terpasung dalam mimpi indah seindah-indahnya mimpi.
Pelik. Sebuah terminologi yang cocok buat kisah ini. Sangat manusiawi dan bergejolak. Entahlah, apa yang kita rasa, apa yang kita bina, apa yang kita jujur, apa yang kita selesaikan. Abstrak keriting selayaknya rambut keriting tapi menawan berjibaku berwibawa.
Tak banyak bisa diceritakan, sulit, ringkih, alunan melodi yang mengalun meneteskan berbuih-buih air yang berdampak akhirnya kepada banjir lokal tak tahu arah jalan pulang.
Labirin. Apa kita sedang dilabirin? Perbedaan ini memang penuh pengorbanan. Korban suci yang tulus ikhlas? Entahlah, tak bisa dimiliki, tak bisa dihindari.
Tidak banyak yang bisa dilakukan, selain merapihkan setiap lembaran-lembaran, frame demi frame dalam sebuah dokumentasi. Sementara, hanya bisa itu.
KOMUNIKASI, ya ternyata hampir semua bisa diselesaikan dengan komunikasi. Interaksi yang selalu terjalin kita bungkus dengan apik dan taburkan bumbu-bumbu pembelajaran hidup kita sebagai bekal masa depan. Cuma bisa itu?
Ah sudahlah, sementara itu dulu. Telah terjadi banyak godaan dari skype yang membuat rindu. Webcam sebagai penjara dan bayang-bayang di screen laptop Toshiba-lah tampak seonggok orang itu. Orang inilah TERSANGKA dalam kisah ini! KAMU! DUA!
penasaran sama endingnya bli...
ReplyDeletesemoga kisah sebentar itu selalu abadi meskipun tiadk bisa dimiliki.