Sebentar lagi civitas akademika Universitas Gadjah Mada merayakan perhelatan akbar pesta demokrasi Pemilihan Raya Mahasiswa (Pemira) UGM, yaitu merupakan Pemilihan Presiden Mahasiswa (Presma) 2012, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) dalam lingkup Universitas. Suatu proses pembelajaran demokrasi untuk memilih pemimpin mahasiswa dan legislatif secara langsung dari seluruh civitas akademika UGM.
Ini merupakan salah satu agenda tahunan dalam proses pembelajaran demokrasi kita sebagai mahasiswa sebelum terjun langsung dalam dunia politik yang sebenarnya. Saya pikir ini sangat menarik, ini merupakan “simulasi”nya PEMILU/PILKADA. Tidak berlebihan dianalogikan Presma sebagai Presiden RI, atau DPM adalah DPR RI.
Rentetan acaranyapun dibuat sedemikian rupa, sehingga memang seperti PEMILU pada sebenarnya. Ada debat capres, penyampaian visi-misi, aksi kampanye yang tak kalah menarik, bahkan kita sebagai mahasiswa lebih kreatif dalam aksi-aksi kampanye untuk menarik massa, meyakinkan pemilih dan lain sebagainya. Kita belajar politik sehat, bersih dan kreatif disini. Di sudut-sudut kampus terpajang foto-foto para calon presiden ataupun caleg (DPM) lengkap dengan logo partai, visi misi, jargon-jargon politik, quote-quote yang bisa menarik perhatian, baik itu akhirnya ada timbul kesan elegan, rapi, nyeleneh, norak, alay, narsis atau malu-maluin banget. Ya sah-sah saja, menurut kita, berbicara soal demokrasi adalah tentang kebebasan berekspresi, berpendapat dan memilih.
Kampus UGM, sebagai kampus yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa dari berbagai penjuru indonesia, mungkin dunia dengan berbagai latar belakang, agama, suku, budaya dan sebagainya adalah kumpulan orang-orang pilihan yang tentu saja hebat. Kita ini orang hebat berada di dalam lingkungan yang hebat, bersaing dengan orang-orang hebat, dengan dosen-dosen yang hebat. Ini sebuah kesempatan emas untuk kita untuk bisa menjadi orang yang ‘lebih’ hebat. Apa tidak merasa sayang dan percuma, ketika kita bisa kuliah di UGM, kampus hebat, namun hanya mengejar suatu yang dinamakan Indeks Prestasi (IP). Saya bukan orang yang sok tidak peduli IP. Ya! Saya setuju IP memang penting. Ya, itu salah satunya yang membuat orang tua kita menangis haru pada saat wisuda dengan ketika dipanggil nama kita dan berpredikat “Cum Laude”. Siapa yang tidak bangga dengan anaknya yang “Cum Laude” di Universitas yang hebat ini? Itu manusiawi sih. Saya juga pengen. Hee..
Kuliah di UGM bisa dikatakan sebagai representasi dari Indonesia, tanah air kita tercinta. Kita berkumpul disini dari berbagai daerah dengan ciri khas perwatakan, budaya dan logat bahasa yang berbeda, bhinneka, beragam. UGM bisa mempertemukan orang aceh dengan orang papua yang secara geografis jarak kedua daerah ini sangat jauh. UGM adalah Indonesia. Sebelum terjun dalam kehidupan sebenarnya, yaitu Indonesia, ataupun Dunia dalam lingkup global, karena kita hidup pada zaman globalisasi, kita belajar dulu berdemokrasi dalam lingkup kampus dulu. Sebelum menaklukkan dunia, taklukkanlah UGM. Kita bisa belajar berdemokrasi disini, kita belajar berpolitik disini. Tentu saja berpolitik yang sehat.
Tentu kita sering mendengar carut marut dunia perpolitikan kita di Indonesia dari media. Bagaimana praktek-praktek korupsi dari elite-elite partai dan sebagainya, penyelewengan kekuasaan, penghianatan mandat dari rakyat, DPR yang seharusnya menjadi wakil rakyat namun bertindak semena-mena ketika duduk di kursi empuk parlemen. Nah sampai kapan seperti ini? Apakah tidak merasa aneh kita hidup di tanah yang “kaya”, namun masih banyak rakyat yang belum sejahtera? Apa yang salah dengan bangsa kita?
Mahasiswa adalah proyeksi masa depan Indonesia, pada pundak kita digantungkan oleh masyarakat secercah harapan untuk Indonesia yang lebih baik. Universitas adalah pabrik sumber daya manusia (SDM), dari kampus akan dihasilkan orang-orang hebat yang ahli pada bidang ekonomi, sosiologi, politik, hukum, dan teknik. Kita lah para intelektual yang nantinya menjadi fondasi berdirinya suatu bangsa. Suatu saat, kita akan menjadi Presiden dan Legislatif yang bertanggung jawab untuk membenahi dan membawa Indonesia tercinta ini kearah yang lebih baik.
Jadi, tunggu apalagi yuk belajar berdemokrasi di kampus biru, untuk UGM yang jaya dan hiduplah Indonesia Raya. Dan jangan lupa untuk menggunakan hak pilih pada Pemilihan Raya Mahasiswa 20-22 Desember 2011. Bad Leaders are elected by good citizens who do not vote.
Selamat memilih dan selamat berdemokrasi..
HIDUP MAHASISWA INDONESIA!!
Saya ambil judul tulisan saya diatas dari judul tulisan yang dibuat oleh Muhammad Khotim Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIPOL UGM berjudul Belajar Berdemokrasi di Kampus Biru yang dimuat di Kompas, 8 maret 2011.
semangat lah bel :D
ReplyDeletehaha.. siap mas ganteng awan sumawan.. ;)
ReplyDelete