Thursday, June 9, 2011

Solo, dalam upaya me’manusiawi’kan Kota!

Pada umumnya manusia sangat bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya upaya untuk menjaga sumber daya alam tersebut dalam kaitannya dengan konservasi lingkungan hidup. Sumber daya alam yang utama bagi manusia,  yaitu tanah, air dan udara. Keseimbangan ketiga elemen ini menjadi unsur dalam perwujudan lingkungan hidup yang baik. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik, dan lingkungan yang sehat akan membentuk kenyamanan manusia dalam kelangsungan hidupnya.
Dalam lingkup perkotaan, lingkungan hidup yang baik merupakan syarat yang mutlak dalam perwujudan kota yang humanis, kota yang layak huni. Lingkungan hidup perkotaan yang baik akan membentuk suatu kota yang “manusiawi” , artinya kota yang bisa me – manusiawi- kan manusianya itu sendiri, kota yang tidak membatasi gerak langkah kreatifitas manusia dalam melakukan aktifitas-aktifitasnya sebagai manusia dan menjaga hubungan yang harmonis dengan lingkungan hidup sebagai tempat tinggal manusia. Dalam hal ini sangat diperlukan adanya peran dari masyarakat dalam menghargai lingkungan hidupnya.
Setelah melakukan kunjungan observasi wilayah ke Kota Solo, yaitu sebagai rentetan acara Kuliah Kerja Perencanaan 2011 yang diselenggarakan Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Gadjah Mada Angkatan 2009, adanya ternyata Kota Solo tak kalah dari Kota – kota besar di Indonesia maupun di dunia. Kota Solo kini dipimpin oleh walikota yang selain menerapkan sistem birokrasi yang bersih juga concern terhadap masalah lingkungan hidup. Beliau adalah Ir. Joko Widodo. Seorang pemimpin yang berjiwa merdeka yang mampu mengubah wajah Kota Solo menjadi lebih “manusiawi”. Hebat!

Ini merupakan sebagian dari program-program kongkrit yang beliau canangkan, yaitu penataan PKL, penyulapan taman kota, pembangunan ruang publik, visi “menghutankan” Solo, pembangunan pusat kebudayaan, ketegangan terkait konflik kepentingan dan kiat-kiat menyelesaikannya, pembenahan transportasi publik, penataan minimarket dan pasar modern, reformasi birokrasi pemda dan banyak program-program yang sangat menyentuh masyarakat Kota Solo. Beliau melakukan penataan dengan pendekatan community planning, yaitu perencanaan demokrasi berbasis bottom – up, berarti mengedepankan kepentingan stakeholders dalam upaya menciptakan ruang yang berkualitas dan berkeadilan. Ini juga dalam upaya menciptakan Kota Solo yang “manusiawi”, kota yang dibangun bukan karena paksaan atau regulasi-regulasi yang sangat mengekang warga dan sangat kaku, namun mengedepankan prinsip – prinsip kemanusiaan dan berasaskan keadilan untuk seluruh stakeholders sebagai pemangku kepentingan.

Walikota Solo. Ir. Joko Widodo
Dalam kunjungan ini kami berkesempatan untuk mengunjungi beberapa produk dari Bapak Walikota Ir. Joko Widodo yang kaitannya dengan penambahan kualitas lingkungan hidup, yaitu Taman Balekambang, Taman Tirtonadi dan sebagai penutup, kami mendapat kesempatan untuk menikmati santapan malam di Galabo
Taman Kota Balekambang, yang mengingatkan penulis dengan Central Park di New York dalam skala kecil. Dari hasil wawancara, tempat ini dulu penuh dengan gelandangan dan PSK, tapi sekarang jadi arena ruang publik bagi semua warga. Terdapat pohon – pohon perindang , tempat duduk dan sangat teduh untuk masyarakat berkreasi, bermain, melepas lelah setelah seharian bekerja atau pun hanya sekedar berfoto dengan binatang satwa yang terdapat disini. Ini sangat menyenangkan, inilah salah satu ciri- ciri kota yang “manusiawi”, yaitu terdapat public space di tengah kota, ibarat surga di tengah hiruk pikuk polusi Kota yang bisa diakses secara free untuk berinteraksi sosial. Public space memberi kesempatan bagi anak-anak untuk lebih leluasa bermain di alam, selain itu anak-anak bisa belajar tentang lingkungan, sementara kantong orang tuanya tidak jebol. Di taman ini juga ada dua kolam yang masing-masing terdapat patung perempuan di tengahnya. Para pengunjung bisa duduk santai di tepiannya sembari memberi makan ikan

Tetapi lagi- lagi masalah klasik di setiap wilayah Indonesia, yaitu kebersihan, sampah. Memang hal ini memang sudah menjadi momok dalam pengelolaan tempat wisata di negeri kita ini. Aksi vandalisme dari beberapa kalangan yang mulai mencoret – coret fasilitas umum sangat membuat tidak sedap dipandang mata.
Untuk tempat yang kedua, kami mengobservasi Taman Tirtonadi, yaitu sebuah taman yang mengedepankan konsep waterfront, yaitu konsep taman kota yang berbatasan langsung dengan perairan, dalam hal ini sungai yang termasuk sebagai daya tarik pengunjung. Ini merupakan salah satu upaya penataan kawasan bantaran sungai. Taman Tirtonadi adalah salah satu dari usaha pengembangan tersebut. Pencitraan sebuah kota Solo sebagai kota tujuan yang menyenangkan ingin dimunculkan karena letaknya adalah di depan Terminal Bus Tirtonadi. Keberadaan Taman Tirtonadi seolah kian mengukuhkan kota ini sebagai kawasan yang peduli dengan lingkungan hidup di saat hunian liar tengah menjamur. Karena maraknya hunian liar, pembangunan taman itu juga untuk mengembalikan ekosistem alam ini sebagaimana mestinya, yakni kawasan hijau. Ya! Memang ini adalah upaya Solo dalam me’manusiawi’kan Kotanya. Menjadikan Solo sebagai tempat kunjungan yang menyenangkan, serta tersedia ruang-ruang publik sebagai bentuk tempat masyarakat untuk melakukan hak interaksi sosialnya. Namun, memang kembali pada masalah klasik kita, sampah ternyata masih menjadi masalah dan ketika kami melakukan observasi, terlihat tidak optimalnya pemanfaatan spot-spot rekreasi yang telah tersedia. Sebenarnya sudah tersedia ruang publik yang sangat bisa dimanfaatkan. Menurut penulis, diperlukan adanya kajian, di mana dikaji kembali masalah fungsi dan keberadaannya yang apakah sudah sesuai dengan apa yang seharusnya. Jika masih melenceng dari itu semua, paling tidak dilakukan sebuah proses desain ulang.
Pada akhirnya upaya-upaya untuk me’manusiawi’kan Kota, seperti yang telah berlangsung di Kota Solo, memang pantas menjadi contoh untuk Kota-kota besar atau daerah-daerah lainnya di Indonesia, untuk terciptanya ruang yang nyaman, bersih dan mencerminkan karakter masyarakatnya. Apresiasi setinggi-tingginya dari penulis untuk Bapak Walikota Ir. Joko Widodo yang telah menjadi salah satu pioneer dalam menciptakan ruang yang ‘manusiawi’. Salut! Dan penulis berharap agar kebaikan ini segera diikuti oleh pemimpin-pemimpin yang lain.

1 comment:

  1. [...] Dulu saya sempat menulis sedikit tentang Solo dengan judul “Solo, dalam Upaya Memanusiakan Kota”  [...]

    ReplyDelete