Friday, January 22, 2021

Catatan Akhir Tahun 2020

Begitu malangnya nasib blog ini. Hanya diposting tulisan setahun sekali oleh pemiliknya. Itupun hanya sebuah Catatan Akhir Tahun. 

Hanya sekedar catatan pribadi sebagai pengingat kisah klasik di masa depan. 

Yang telah rutin ditulis sejak menutup tahun 2014 yang lalu, seperti pada link berikut:

Dan sekarang tibalah saatnya untuk Catatan Akhir Tahun 2020!


Work From Home (WFH)
Tahun 2020 ini sedemikian aneh. Sebuah masa yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Seluruh dunia dihadapkan oleh wabah virus bernama Covid-19 yang berdampak nyaris pada semua aspek di kehidupan. Tahun yang menegangkan dan dipenuhi kebiasaan baru yang sulit terpikirkan sebelumnya.

Tidak banyak hal yang bisa dilakukan di tahun 2020. Sejak pertengahan Maret 2020, semua orang menjadi #dirumahaja. Interaksi sosial dibatasi. Rencana yang telah tersusun rapi mendadak dipaksa banting stir putar haluan. Apapun kegiatan yang melibatkan banyak orang adalah hal yang terlarang di tahun ini. Sungguh kondisi yang sangat aneh, tapi nyata terjadi di tahun ini. 



Perubahan era serba digital yang sudah berlangsung beberapa tahun belakangan, diakselerasi akibat Pandemi Covid-19 ini. Semua dipaksa online. Bekerja dari rumah bukan lagi hanya sekedar wacana namun sebuah keniscayaan. Istilah Work from Home (WFH) di tahun ini bukan lagi istilah yang aneh dan utopis. Tapi jadi sebuah kenyataan. Semua orang harus bekerja dari rumah.

Hal tersebut kemudian disusul dengan seribu ragam permasalahan. Terutama saudara yang bekerja di sektor informal maupun pelaku bidang industri yang mengandalkan kerumunan. Industri pariwisata salah satunya yang tertohok keras. Sebagian bahkan terkena PHK. Sungguh kondisi yang memprihatinkan. 

Rangkaian rencana pribadi untuk menonton konser musik juga musnah di tahun ini. Begitu menyebalkan. Sebenarnya tiket beberapa konser tahun ini sudah di tangan, tapi apa daya akhirnya pupus semuanya. Terpaksa nonton konser online streaming yang, ya ampun, tidak terlalu memuaskan. Tapi  memang tidak ada pilihan. Sejak Maret 2020 konser dilarang. Tidak boleh berkerumun. Secara praktis, konser Java Jazz di akhir Februari 2020 lah yang menjadi konser terakhir yang saya hadiri di tahun ini. Masih terhitung beruntung. Entah kapan lagi bisa nonton konser. 

Namun diantara begitu banyak hal negatif akibat Pandemi ini, tentu kita harus tetap mampu menjalani hari dengan optimis. Salah satu hal positif dari kondisi seperti ini: akhirnya saya bisa menyelesaikan Tesis yang sudah sejak setahun belakangan menghantui. Ternyata Pandemi dan WFH memaksa kita untuk melakukan hal-hal yang selama ini tertunda. 

Dengan terpaksa mengurung diri #dirumahaja, saya menjadi jauh lebih fokus. Jauh lebih produktif. Aktivitas jadi cenderung teratur. Menyapu, mengepel, merapikan kamar bahkan sampai jadi rutin berolahraga. Sepertinya, WFH akan tetap menjadi rutinitas di tahun-tahun depan. Mungkin akan tetap seperti itu bahkan bila Pandemi sudah dinyatakan berakhir. 

Tesis yang Gemilang
Nah kembali ke cerita tentang Tesis saya tadi, dengan berucap syukur akhirnya bisa saya selesaikan dengan gemilang di tahun ini.



Sejak Maret 2020 progress penyusunan Tesis mendadak meningkat tajam. Mendadak jadi bergairah untuk menulis. Padahal sebelumnya stagnan berbulan-bulan. Itu karena akhirnya bisa lebih fokus di masa karantina akibat Pandemi ini. Padahal sebelumnya dikritik habis oleh dosen pembimbing yang bilang bahwa bacaan referensi buku atau jurnal ilmiah masih kurang banyak dan alur penelitian Tesis masih belum jelas dan cenderung kacau. 

April 2020 terlihat benang merah penelitiannya. Saya akhirnya tau betul apa yang ingin saya tulis. Proses bimbingan Tesis tentu saja online. Semua berjalan lancar hingga bulan Juni daftar sidang dan 16 Juli 2020 dinyatakan lulus dengan nilai yang sempurna. Akhirnya perjuangan akademik ini menemukan muaranya. 



Akhirnya Lulus MBA juga
Hakekat pendidikan adalah tentang keterbukaan pikiran dan kerendahan hati. Setidaknya begitu yang saya pahami sampai saat ini. Maka hal itu sangat penting sebagai bekal untuk menjalani tantangan hidup di dunia yang rumit.

Kesempatan mengenyam pendidikan tinggi di kampus terbaik negeri ini tentu sebuah kemewahan. Saya sangat bersyukur akan hal itu. Setelah lulus S1 dari UGM tahun 2013, akhirnya 2017 mendapat kesempatan lagi di kampus yang sama untuk melanjutkan pendidikan S2. 

Hanya dengan bermodal nekat. Benar-benar nekat. Saya memutuskan kuliah dengan biaya yang tidak murah. Merogoh kocek yang sangat dalam. Bisa dibilang ini merupakan keputusan investasi pertama yang saya lakukan. Dalam arti kata, dengan tabungan penghasilan sendiri sejak mulai bekerja tahun 2014. Saya berinvestasi pertama di pendidikan. 

Cukup terharu ketika mengabarkan ke orang tua dan keluarga di rumah bahwa 21 Oktober 2020 akhirnya saya wisuda lagi dan resmi bergelar tambahan MBA: Master of Business Administration. Saya yakin mereka bahagia bahwa anak bungsunya ini mampu menembus pendidikan tinggi S2 dengan perjuangannya sendiri. Hal yang saya tahu sudah menjadi impian mereka. Semoga selalu bisa membanggakan orang tua dan keluarga. 

Sebuah perjalanan yang bagi saya sangat berkesan. Pengorbanan waktu dan finansial yang tidak mudah. Sebuah ikhtiar untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Menjadi bekal untuk saat ini dan di masa yang akan datang. Astungkara. Sangat bersyukur sampai pada titik ini. Semoga selalu diberikan kesempatan untuk terus belajar dan bermanfaat bagi banyak orang.



Sudah terbayang dari jauh hari akan wisuda di Gedung GSP UGM yang membanggakan itu. Mengulang seperti yang sudah terjadi di tahun 2013 saat wisuda S1 dulu. Memanjatkan hymne Gadjah Mada yang sungguh heroik itu. Berfoto dengan orang tua dan orang tersayang. Namun seketika pupus, menerima kenyataan bahwa wisuda mau tidak mau harus dilaksanakan secara online. Jujur tidak mudah menerima ini. Tapi tahun 2020 ini memang unik. Tidak ada pilihan lain selain terpaksa mengikuti wisuda dengan berdiam diri di depan laptop tanpa toga. 

Berbagi Cerita Jarak Jauh
Kebiasaan baru lainnya di tahun ini adalah Webinar. Ini juga pengalaman baru yang unik di tahun ini. Begitu banyak forum yang mampu mengumpulkan ratusan bahkan ribuan peserta dalam satu waktu hanya dengan sekali klik link Zoom. Hal yang tentu saja tidak mudah dilakukan sebelumnya pada kondisi biasa. 

Saat ini kita bisa berkumpul dengan mudah dalam satu waktu dan satu ruang virtual. Mungkin bahkan akan terus berlangsung seperti ini walau Pandemi suatu saat dinyatakan berakhir. Karena memang terbukti jauh lebih efektif dan efisien, nyaris dari segala aspek apapun. 

 

Pengalaman baru sebagai narasumber dalam webinar ternyata seru juga. Di tahun ini cerita mengenai dunia karir dan BUMN. Selalu merasa senang dan bersemangat untuk berbagi cerita. Saya bersyukur atas kesempatan ini. Berbagi selalu memberikan kesan tersendiri. Bahagia rasanya ketika mendapat satu dua orang teman baru yang tertarik dan mungkin terinspirasi dari cerita kita. 

Jamming Jarak Jauh
Banyak alasan untuk bahagia. Salah satunya musik. 

Itulah mengapa saya selalu upayakan untuk dapat main musik. Setiap catatan akhir tahun yang saya tulis di blog ini selalu ada cerita tentang aktivitas bermusik. Tahun ini ternyata jammingnya jarak jauh. Berikut videonya. Dengan tambahan fitur rambut gondrong saya akibat kelamaan karantina. 

Di Instagram bisa ditelusuri dengan hashtag #SekantorSemusik. Pokoknya urusan kantor lancar, musik jalan terus.

 

 

 


Belajar dan Tumbuh Bersama
Yayi. Nama ini ada sejak 2017. 

Sosok wanita satu inilah yang menemani setiap langkah perjalanan ini. Kami belajar dan tumbuh bersama. Menjadi teman diskusi yang paling baik. 

Yang jelas tahun 2020 ini telah mengajari banyak hal tentang hubungan kami. Semakin tau kebutuhan masing-masing. Saling mengetahui cara membahagiakan satu sama lain. Belajar mengambil keputusan bersama. Saling merawat dan menjaga. Saling berbenah diri. Singkat kata, saling bertumbuh. 



Yayi. Tapi sebenarnya nama ini telah ada sejak pertengahan 2010. Di Jogja pada waktu itu. Adik angkatan di kampus. Masih dalam perjuangan dan prosesnya sendiri sendiri. Hingga semesta bergerak sedemikian rupa dan kami tenggelam dalam dunianya masing-masing.

Lalu menjelang akhir 2017 mendadak namanya datang lagi. Semesta mempertemukan kami. Kali ini untuk berjalan bersama beriringan. Hingga tahun ini kami menyatu. Sampai saat ini, sampai tua nanti dan selamanya.

*

Tahun 2020 ini penuh dengan refleksi diri. Keterbatasan aktivitas akibat Pandemi ini memberi banyak waktu untuk berdialog dengan diri sendiri. Menyadari diri lebih dalam. Sadar akan nilai dan perjuangan. Tau apa yang penting. Tau apa yang harus diperjuangkan. 

Begitu banyak inspirasi, begitu banyak pelajaran. Tahun 2021 harus dihadapi dengan lebih bijaksana. Bersiap untuk banyak hal-hal baik yang datang. Om Awighnam Astu Namo Siddam. 


MBSB
Kemayoran, Jakarta Pusat. 22/01/2021

Saturday, January 11, 2020

Catatan Akhir Tahun 2019

Ternyata ini sudah kali keenam saya menulis Catatan Akhir Tahun sejak 2014. Banyak inspirasi dan pelajaran yang didapat ketika kembali membaca kisah beberapa tahun belakangan. Cukup menarik untuk menjadi bahan kontemplasi. Mengingat-ingat momen yang sudah terlewati. Introspeksi dan evaluasi untuk tahun-tahun berikutnya yang lebih baik.

Silahkan klik judul berikut untuk cerita saya beberapa tahun belakangan:






Dan kali ini waktunya untuk Catatan Akhir Tahun 2019.

***

Perjalanan hidup di Tahun 2019 ini cukup seru dan menyenangkan. Walaupun tak sepadat seperti tahun 2018 yang lalu, di tahun 2019 bersyukur mendapat banyak pelajaran dan pengalaman baru setiap waktunya. Kesibukan utama masih seputaran aktivitas karyawan kantoran sekaligus mahasiswa di Jakarta. Puji Syukur selalu sehat dan kuat untuk menjalani semua aktivitas.

Mengejar Gelar MBA
Mengikuti perkuliahan S-2 di setiap akhir pekan sudah saya jalani sejak tahun 2017. Hari Jumat mulai pukul 19.00 sampai 22.00 dan Sabtu dari pukul 08.00 sampai 18.00. Selain kelas pada akhir pekan, Senin sampai kamis tentu waktunya mengerjakan tugas kuliah yang sangat mengganggu jadwal tidur. Sesekali mencuri waktu pada saat jam kerja di kantor untuk menyelesaikan tugas kuliah. Jam pulang kantor juga biasanya terpaksa digunakan untuk mengerjakan tugas kuliah berkelompok.




Rutinitas perkuliahan memang butuh pengorbanan, sangat menyita perhatian, tenaga, waktu dan tentunya uang yang tidak sedikit. Walau memang melelahkan, tapi saya sangat menikmati prosesnya. Kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi tentunya tidak akan saya sia-siakan. Selalu ada kebijaksanaan dan inspirasi yang menggugah pikiran saya setiap mengikuti kelas. Saya yakini dapat menjadi bekal untuk saya melanjutkan hidup dan kelak dapat bermanfaat bagi banyak orang. 


Di pertengahan tahun ini saya berhasil menyelesaikan kuliah teori di kelas. Itu artinya di tahun 2019 ini saya mulai mengerjakan Tesis. Setengah tahun ini saya habiskan untuk membaca banyak literatur dalam pencarian topik Tesis yang menarik.

Ternyata memang tidak mudah, membagi waktu untuk mengerjakan Tesis sekaligus menyelesaikan tugas dan tanggung jawab di kantor yang semakin padat.



Alhasil, target saya untuk menyelesaikan Tesis di tahun ini pun tidak tercapai. Walaupun agak kecewa dengan diri sendiri, namun belakangan saya pikir memang itu konsekuensi dari kuliah sambil bekerja kantoran. Harus disiplin mengelola waktu agar kuliah lancar dan tugas kantor terselesaikan.

Saya putuskan untuk melanjutkan dan menyelesaikan Tesis di tahun 2020. Perjalanan meraih gelar MBA kita lanjutkan di tahun 2020. Targetnya, pertengahan tahun 2020 nanti akan wisuda di Jogja. Semoga semua rencana berjalan lancar. Astungkara.


Pindah Tugas
Seperti pada cerita tahun-tahun sebelumnya, sejak pertengahan 2017 saya bertugas dalam sebuah tim untuk membangun Jalan Tol di Sumatera, tepatnya di Tebing Tinggi, Sumatera Utara. Banyak pelajaran jatuh bangun yang saya jalani dalam menjalani tugas tersebut. Yang jelas, saya pelajari banyak hal mengenai leadership. Saya mendapatkan pengalaman pertama untuk memimpin sebuah tim. Saya menghadapi banyak tantangan setiap harinya. Secara garis besar, saya sangat menikmati tugas ini.



A post shared by Made Bhela Sanji Buana (@madebhela) on

Walau tak bisa dipungkiri, beberapa waktu belakangan rasa jenuh mulai muncul. Entahlah, saya kira kejenuhan merupakan siklus biasa dalam melakukan pekerjaan. Terutama bila interaksi dan suasana mulai tidak asik. Saya belajar bahwa rutinitas yang monoton pada akhirnya menyebabkan produktifitas turun. Saya kira disini saya mendapatkan pelajaran yang banyak mengenai pengelolaan emosi pribadi dalam pekerjaan ini. Tantangannya adalah bagaimana selalu tetap professional dalam bekerja dan menjaga gairah untuk selalu melakukan hal yang terbaik. Menjadi seorang pemimpin ternyata memang harus mampu mengelola emosi diri dan mampu menghadapi berbagai situasi.

Di tengah kejenuhan itu, surat tugas baru datang menghampiri. Seakan gayung bersambut, pada akhir Juni 2019, saya mendapatkan tantangan untuk pindah tugas ke tempat dan posisi yang lain. Kali ini saya ditantang untuk menjadi seorang Business Development Manager di kantor pusat. Bagian yag bertugas untuk melakukan pengembangan bisnis untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Sungguh sebuah tantangan yang keren dan membingungkan pada saat yang bersamaan.



Keren. Sekilas terdengar keren, namun sebenarnya lebih banyak bingungnya. Banyak pertanyaan berkecamuk di kepala mengenai apakah saya bisa menjalankan tugas yang keren ini dengan baik. Yang jelas, bidang Business Development ini saya yakini akan sangat seru dan penuh pelajaran yang dapat membawa saya ke kesempatan-kesempatan yang lebih seru lainnya.



Tugas baru ini tentunya membuat saya sangat bergairah. Bersamaan juga sangat menegangkan. Begitu banyak hal yang perlu saya pelajari dengan cepat. Saya merasa sangat bodoh. Dan katanya itu pertanda baik bila ingin bergerak maju. Baiklah, saya bersyukur selalu diberi kesempatan untuk belajar.  Semoga dapat menjalankan tugas dengan baik dan mampu memimpin tim dengan performa maksimal.

Menjadi Pembicara
Momen menjadi pembicara ini merupakan momen yang sangat berharga untuk mengasah kemampuan public speaking saya yang belum begitu baik. Kesempatan ini saya manfaatkan betul untuk memaksa diri berbicara dengan mengesankan di depan orang banyak. Teknik presentasi yang saya pelajari selama ini akhirnya menemukan panggungnya.

Pada awal April 2019, saya berbagi di depan mahasiswa Universitas Andalas, Padang. Membawakan materi mengenai pengembangan Jalan Tol Trans Sumatera dan peluang karir di industri infrastruktur. Senang sekali bisa berbagi walaupun sebenarnya gemetaran dan super degdegan setengah mati. Semoga tahun-tahun berikutnya mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk berbagi.












Juara Lomba Inovasi
Momen ini juga cukup membanggakan. Menjadi Juara 3 Lomba Inovasi pada kategori Pengembangan Bisnis baru. Senang sekali mendapatkan penghargaan ini. Merasa disiram bensin agar api inovasi selalu menyala dalam diri. Terima kasih untuk kepercayaan ini. Menjadi asupan gairah untuk terus belajar.


Di tahun ini aktivitas musik saya bisa dibilang cukup padat. Haha. Begitu banyak alasan untuk bahagia, salah satunya bisa bermain musik dengan temen-temen kantor. Cukup dengan telusuri hashtag #SekantorSemusik di instagram untuk melihat keceriaan kami para musisi amatiran kantoran.

Berikut terlampir sedikit hingar bingarnya.









View this post on Instagram

A post shared by Made Bhela Sanji Buana (@madebhela) on















Teman Hidup
Oke, tibalah pada bagian terakhir yang maha penting. Sejak Catatan Akhir Tahun 2017, namanya selalu muncul. Perihal cinta.

Yayi namanya.




Tahun ini sebagian besar dihabiskan berdua. Kemanapun dan dalam keadaan apapun. Semakin mengerti kekurangan dan kelebihan masing-masing. Saling melontarkan ego dan idealisme untuk menemukan titik temu dalam mengarungi perjalanan hidup yang panjang di depan. Tantangan apapun harus dihadapi. Saling memeluk erat dan berpegang tangan. Menjadi teman hidup. 

Semoga senantiasa semakin bijaksana dan bahagia selamanya. Mari mengarungi kehidupan dan meraih mimpi bersama di 2020!



Made Bhela SB

Apartemen Bassura, 11/01/2020